Selasa, 26 Maret 2013

Makalah Identitas Nasional



MAKALAH
Tentang
IDENTITAS NASIONAL






 


Kelas B

Nama Kelompok :
Abd. Mukmin               1205045171
Rahmat Firdaus           1205045180
Ade Nugraha M           1205045174
Elpira Natalia               1205045169
Shelly Ayu Ningtiyas    1205045156

 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU MATEMATIKA
KONS. PENDIDIKAN ILMU KOMPUTER
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2013




BAB I
PENDAHULUAN



A.    LATAR BELAKANG
Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, tentang sistem Pendidikan Nasional, serta surat keputusan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Nomor 43/DIKTI/Kep/2006, tentang rambu-rambu pelaksanaaan kelompok mata kuliah pengembangan kepribadian di Perguruan Tinggi terdiri atas mata kuliah Pendidikan agama, Pendidikan Kewarganegaraan, dan Bahasa Indonesia. Berdasarkan ketentuan tersebut wajib diberikan di semua fakultas dan jurusan di seluruh perguruan tinggi di Indonesia.
Sejalan dengan itu, berdasarkan penetapan Rencana Program dan Kegiatan Pembelajaran Semester (RPKPS) Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Pada semester 1,  membahas  tentang filsafat pancasila,  Identitas nasional, demokrasi indonesia, negara dan kolnstitusi, rule of law dan hakasasi manusia, geopolitik serta geostrategi indonesia.
Maka dari itu, sesuai dengan pembagian kelompok, penulis selaku kelompok 3 (tiga) akan membahas salah satu pokok materi diatas, yaitu Identitas Nasional yang mengacu pada Karakteristik pendidikan nasional.

B.     RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut:
·         Apa yang dimaksud karakteristik identitas nasional?
·         Apa yang dimaksud karakteristik lahirnya faham nasionalisme?

C.    TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah diatas, penulis merumuskan tujuan sebagai berikut :
·      Untuk mengetahui apa yang dimaksud karakteristik identitas nasional.
·      Untuk mengetahui apa yang dimaksud karakteristik lahirnya faham nasionalisme

D.    MANFAAT
Manfaat bagi kelompok kami :
·      Mendapatkan ilmu pengetahuan baru
·      Dapat mengkaji materi mata kuliah pendidikan kewarganegaraan
·      Mendapat kesempatan untuk tampil dalam mempertahankan pendapat atau gagasan

Manfaat bagi mahasiswa dan masyarakat :
·                   Dapat lebih memahami pentingnya identitas nasional dalam diri mahasiswa


BAB II
PEMBAHASAN



A.    IDENTITAS NASIONAL INDONESIA
Manifestasi nilai-nilai budaya yang tumbuh dan berkembang dalam berbagai aspek kehidupan bangsa (nation state) , yang dimulai dari kesepahaman antar individu, individu – kelompok dan atau antar kelompok.
Term antropologi : identitas adalah sifat khas yang menerangkan dan sesuai dengan kesadaran diri pribadi, golongan sendiri, kelompok sendiri, atau negara sendiri. Nasional merupakan identitas yang melekat pada kelompok- kelompok yang lebih besar yang diikat oleh kesamaan-kesamaan, baik fisik seperti budaya, agama, dan bahasa maupun non fisik, seperti keinginan,cita-cita dan tujuan. Jadi adapun pengertian identitas sendiri adalah ciri-ciri, tanda-tanda, jati diri yang melekat pada seseorang atau sesuatu yang bisa membedakannya.
Identitas nasional pada hakikatnya merupakan manifestasi nilai-nilai budaya yang tumbuh dan berkembang dalam berbagai aspek kehidupan suatu bangsa dengan ciri-ciri khas. Dengan ciri-ciri khas tersebut, suatu bangsa berbeda dengan bangsa lain dalam hidup dan kehidupannya.
Diletakkan dalam konteks Indonesia, maka Identitas Nasional itu merupakan manifestasi nilai-nilai budaya yang sudah tumbuh dan berkembang sebelum masuknya agama-agama besar di bumi nusantara ini dalam berbagai aspek kehidupan bdari ratusan suku yang kemudian dihimpun dalam satu kesatuan Indonesia menjadi kebudayaan Nasional dengan acuan Pancasila dan roh Bhinneka Tunggal Ika sebagai dasar dan arah pengembangannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Dengan perkataan lain, dapat dikatakan bahwa hakikat identitas asional kita sebagai bangsa di dalam hidup dan kehidupan berbangsa dan bernegara adalah Pancasila yang aktualisasinya tercermin dalam berbagai penataan kehidupan kita dalam arti luas, misalnya dalam Pembukaan beserta UUD kita, sistem pemerintahan yang diterapkan, nilai-nilai etik, moral, tradisi, bahasa, mitos, ideologi, dan lain sebagainya yang secara normatif diterapkan di dalam pergaulan, baik dalam tataran nasional maupun internasional.
.     
B.     SEJARAH BUDAYA BANGSA SEBAGAI AKAR IDENTITAS NASIONAL
Bangsa Indonesia terbentuk melalui suatu proses sejarah yang cukup panjang. Berdasarkan kenyataan objektif tersebut, maka untuk memahami jati diri bangsa Indonesia serta identitas nasional Indonesia maka tidak dapat dilepaskan dengan akar-akar budaya yang mendasari identitas nasional Indonesia. Kepribadian, jati diri, serta identitas nasional Indonesia yang terumuskan dalam filsafat Pancasila harus dilacak dan dipahami melalui sejarah terbentuknya bangsa Indonesia sejak zaman kerajaan Kutai, Sriwijaya, Majapahit serta kerajaan lainnya sebelum penjajahan bangsa asing di Indonesia.
Nilai-nilai esensial yang terkandung dalam Pancasila yaitu: Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan serta Keadilan, dalam kenyataannya secara objektif telah dimiliki oleh bangsa Indonesia sejak zaman dahulu kala sebelum mendirikan Negara. Proses terbentuknya bangsa dan Negara Indonesia melalui suatu proses sejarah yang cukup panjang yaitu sejak zaman kerajaan-kerajaan pada abad ke IV, ke V, kemudian dasar-dasar kebangsaan Indonesia telah mulai nampak pada abad ke VII, yaitu ketika timbulnya kerajaan Sriwijaya di bawah wangsa Syailendra di Palembang, kemudian kerajaan Airlangga dan Majapahit di Jawa Timur serta kerajaan-kerajaan lainnya. Proses terbentuknya nasionalisme yang berakar pada budaya ini menurut Yamin diistilahkan sebagai fase terbentuknya nasionalisme lama, dan oleh karena itu secara objektif sebagai dasar identitas nasionalisme Indonesia.
Dasar-dasar pembentukan nasionalisme modern menurut Yamin dirintis oleh para pejuang kemerdekaan bangsa, antara lain rintisan yang dilakukan oleh para tokoh pejuang kebangkitan nasional pada tahun 1908, kemudian dicetuskan pada Sumpah Pemuda pada tahun 1928. Akhirnya, titik kulminasi sejarah perjuangan bangsa Indonesia untuk menemukan identitas nasionalnya sendiri, membentuk suatu bangsa dan Negara Indonesia tercapai pada tanggal 17 Agustus 1945 yang kemudian diproklamasikan sebagai suatu kemerdekaan bangsa Indonesia.
Oleh karena itu, akar-akar nasionalisme Indonesia yang berkembang dalam perspektif sejarah sekaligus juga merupakan unsur-unsur identitas nasional, yaitu nilai-nilai yang tumbuh dan berkembang dalam sejarah terbentunya bangsa Indonesia.

C.    FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG KELAHIRAN IDENTITAS NASIONAL
Identitas nasional suatu bangsa memiliki sifat, ciri khas serta keunikan sendiri-sendiri, yang sangat ditentukan oleh berbagai faktor. Sedikitnya ada 2 faktor yang mendukung kelahiran identitas suatu bangsa, yaitu faktor objektif dan subjektif. Bagi bangsa Indonesia faktor objektif mendukung kelahiran identitas nasional meliputi faktor geografis-ekologis dan demokratis. Sedangkan faktor subjektif adalah faktor historis, sosial, politik, dan kebudayaan yang dimiliki bangsa Indonesia.
Robert de Ventos, sebagaimana dikutip Manuel Castells dalam bukunya, The power of Identity ( Suryo, 2002) mengemukakan teori tentang munculnya identitas nasional suatu bangsa sebagai hasil interaksi historis antara empat faktor penting, yaitu faktor primer, faktor pendorong, faktor penarik dan faktor reaktif. Kesatuan tersebut tidak menghilangkan keberanekaan, dan hal inilah yang dikenal dengan bhineka tunggal ika. Faktor kedua, meliputi pembangunan komunikasi dan teknologi, lahirnya angkatan bersenjata modern dan pembangunan lainnya dalam kehidupan negara.
Faktor ketiga, mencakup kodifikasi bahasa dalam gramatika yang resmi, tumbuhnya birokrasi, dan pemantapan sistem pendidikan nasional. Fakta keempat, meliputi penindasan, dominasi, dan pencarian identitas alternatif melalui memori kolektif rakyat.
Keempat faktor tersebut pada dasarnya tercakup dalam proses pembentukan identitas nasional bangsa Indonesia, yang telah berkembang dari masa sebelum bangsa Indonesia pada dasarnya melekat erat dengn perjuangan bangsa Indonesia.
Oleh karena itu pembentukan identitas nasional Indonesia melekat erat unsur-unsur sosial, agama, ekonomi, budaya, geografis yang berkaitan dan terbentuk melalui suattu proses yang cukup panjang ( Kaelan dan Zubaidi, 2007 : 50-51 )

D.    UNSUR-UNSUR PEMBENTUK INDENTITAS NASIONAL
1.      Sejarah
Sebelum menjadi Negara yang modern Indonesia pernah mengalami masa kejayaan yang gemilang pada masa kerajaan Majapahit dan sriwijaya. Pada dua kerajaan tersebut telah membekas pada semangat perjuangan bangsa Indonesia pada abat-abat berikutnya.

2.      Kebudayaan
Aspek kebuayaan yang menjadi unsur pembentuk indentitas nasional meliputi: akal budi, peradaban, dan pengetahuan. Misalnya sikap ramah dan santun bangsa Indonesia.

3.      Suku Bangsa
Kemajemukan merupakan indentitas lain bangsa Indonesia. tradisi bangsa Indonesia untuk hidup bersama dalam kemajemukan yang bersfat alamiah tersebut, tradisi bangsa Indonesia untuk hidup bersama dalam kemajemukan merupakan hal lain yang harus dikembangkan dan di budayakan.

4.      Agama
Keanekaragaman agama merupakan indentitas lain dari kemajemukan dengan kata lain, agama dan keyakinan Indonesia tidak hanya dijamin oleh konstitusi Negara, tetapi juga merupakan suatu Rahmat Tuhan Yang Maha Esa yang harus tetap dipelihara dan disyukuri bangsa Indonesia. Menyukuri nikmat kemajemukan pemberian Allah dapat dilakukan dengan, salah satunya, sikap dan tindakan untuk tidak memaksakan keyakinan dan tradisi suatu agama, baik mayoritas maupun minoritas, atau kelompok lainnya.

5.      Bahasa
Bahasa adalah salah satu atribut indentitas nasional Indonesia. Sekalipun Indonesia memiliki ribuan bahasa daerah, kedudukan bahasa Indonesia (bahasa yang digunakan bangsa melayu) sebagai bahasa penghubung (lingua franca) peristiwa sumpah pemuda tahun 1982, yang menyatakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan bangsa Indonesia.

6.      Kasta dan Kelas
Kasta adalah pembagian social atas dasar agama. Dalam agama hindu para penganutnya dikelompokkan kedalam beberapa kasta.kasta yang tertinggi adalah kasta Brahmana (kelompok rohaniaan) dan kasta yang terendah adalah kasta Sudra (orang biasa atau masyarakat biasa).  Kasta yang rendah tidak bisa kawin dengan kasta yang lebih tingi dan begitu juga sebaliknya. Kelas menurut Weber ialah suatu kelompok orang-orang dalam situasi kelas yang sama, yaitu kesempatan untuk memperoleh barang-barang dan untuk dapat menentukan sendiri keadaan kehidupan ekstern dan nasib pribadi. Kekuasaan dan milik merupakan komponen-komponen terpenting: berkat kekuasaan, mka milik mengakibatkan monopolisasi dan kesempatan-kesempatan.

E.     PANCASILA SEBAGAI KEPRIBADIAN DAN IDENTITAS NASIONAL
Bangsa Indonesia sebagai salah satu bangsa dari masyarakat internasional, memiliki sejarah serta prinsip dalam hidupnya yang berbeda dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Tatkala bangsa Indonesia berkembang menuju fase nasionalisme modern, diletakkanlah prinsip-prinsip dasar filsafat sebagai suatu asas dalam hidup berbangsa dan bernegara. Para pensiri Negara menyadari akan pentingnya dasar filsafat ini, kemudian melakukan suatu penyelidikan yang dilakukan oleh badan yang akan meletakkan dasar filsafat bangsa dan Negara yaitu BPUPKI. Prinsip-prinsip dasar itu ditemukan olehpara pendiri bangsatersebut yang diangkat dari filsafat hidup atau pandangan umumbangsa Indonesia yang kemudian diabstraksikan menjadi suatu prinsip dasar filsafat Negara yaitu Pancasila. Jadi, dasar filsafat suatu bangsa dan Negara berakar pada pandangan hidup yang bersumber kepada kepribadiannya sendiri. Menurut Titus, hal ini merupakan salah satu fungsi filsafat adalah kedudukannya sebagai suatu pandangan hidup masyarakat.
Dapat pula dikatakan bahwa Pancasila sebagai dasar filsafat bangsa dan Negara Indonesia pada hakikatnya bersumber kepada nilai-nilai budaya dan keagamaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia sebagai kepribadian bangsa. Jadi, filsafat Pancasila itu bukan muncul secara tiba-tiba dan dipaksakan oleh suatu rezim atau penguasa, melainkan melalui suatu fase historis yang cukup panjang. Pancasila sebelum dirumuskan secara formal yuridis dalam Pembukaan UUD 1945 sebagai dasar filsafat Negara Indonesia, nilai-nilainya telah ada pada bangsa Indonesia, dalam kehidupan sehari-hari sebagai suatu pandangan hidup, sehingga materi Pancasila yang berupa nilai-nilai tersebut tidak lain adalah dari bangsa Indonesia sendiri. Dalam pengertian seperti ini, menurut Notonegoro, bangsa Indonesia adalah sebagai kausa materialis Pancasila. Nilai-nilai tersebut kemudian diangkat dan dirumuskan secara formal oleh para pendiri Negara untuk dijadikan sebagai dasar Negara Republik Indonesia. Proses perumusan materi Pancasila secara formal tersebut dilakukan dalam sidang-sidang BPUPKI pertama, sidang “Panitia 9”, sidang BPUPKI kedua, serta akhirnya disahkan secara formal yuridis sebagai dasar filsafat Negara Republik Indonesia.

F.     PERKEMBANGAN NASIONALISME DI INDONESIA
Sebagai upaya menumbuhkan rasa nasionalisme di Indonesia diawali dengan pembentukan identitas nasional yaitu dengan adanya penggunaan istilah “Indonesia” untuk menyebut negara kita ini. Dimana selanjutnya istilah Indonesia dipandang sebagai identitas nasional, lambang perjuangan bangsa Indonesia dalam menentang penjajahan. Kata yang mampu mempersatukan bangsa dalam melakukan perjuangan dan pergerakan melawan penjajahan, sehingga segala bentuk perjuangan dilakukan demi kepentingan Indonesia bukan atas nama daerah lagi. Istilah Indonesia mulai digunakan sejak :
1.    J.R. Logan menggunakan istilah Indonesia untuk menyebut penduduk dan kepulauan nusantara dalam tulisannya pada tahun 1850.
2.    Earl G. Windsor dalam tulisannya di media milik J.R. Logan tahun 1850 menyebut penduduk nusantara dengan Indonesia.
3.    Serta tokoh-tokoh yang mempopulerkan istilah Indonesia di dunia internasional.
4.    Istilah Indonesia dijadikan pula nama organisasi mahasiswa di negara Belanda yang awalnya bernama Indische Vereninging menjadi Perhimpunan Indonesia.
5.    Nama majalah Hindia Putra menjadi Indonesia Merdeka
6.    Istilah Indonesia semakin populer sejak Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Melalui Sumpah Pemuda kata Indonesia dijadikan sebagai identitas kebangsaan yang diakui oleh setiap suku bangsa, organisasi-organisasi pergerakan yang ada di Indonesia maupun yang di luar wilayah Indonesia.
7.    Kata Indonesia dikukuhkan kembali dalam Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945.

G.    KARAKTERISTIK NASIONALISME INDONESIA
Paham Nasionalisme terbukti sangat efektif sebagai alat perjuangan bersama merebut kemedekaan dari cengkraman kolonial . Semangat Nasionnalisme dipakai sebagai metode perlawanan, sebagaimana yang disampaikan oleh Larry Diamond dan Marc F Platner bahwa para penganut nasionalisme dunia ketiga secara khas menggunakan pretorika anti kolonialisme dan anti imperialisme . Dengan demikian , bangsa merupakan suatu wadah yang didalamnya terhimpun orang-orang yang mempunyai persamaan keyakinan yang mereka miliki unsur persamaan itu dijadikan identitas politik berdasarkan geopolitik dan pemerintahan permanen (negara).
Negara merupakan bangsa yang memiliki bangunan politik . Menurut penganutnya paham nasionalisme yang disampaikan oleh Soekarno bukanlah nasionalisme yang berwatak sempit (chauvinisme) melainkan bersifat toleran dan tidak memaksa.
a.       Unsur Identitas Pancasila dengan Rohnya Bhineka Tunggal Ika

·                   Nilai-Nilai Yg Hidup Dalam Berbagai Masyarakat.
·                   Menyangkut Sopan Santun, Tata pergaulan
·                   Termasuk Bidang Agama Serta Moral
·                   Adat Istiadat
·                   Budaya

b.      Pelaksanaan Unsur Identitas Nasional
Menjelang tahun 1997 indonesia terjadi krisis nilai, moral disusul krisis ekonomi dan politik sehingga indonesia kehilangan orientasi nilai. Dari sisni timbul suatu pergerakan semacam social terorisme. Lalu 1998 puncak krisis sehingga timbul penjarahan massal.
Hakikat identitas nasional indonesia adalah pancasila yang diaktualisasikan dalam bergagai kehidupan dan berbangsa. AKTUALISASI ini untuk menegakkan pancasila dan UUD 1945 sebagaimana dirumuskan dalam pembukaan UUD 1945 terutama alinea ke 4.

H.    KETERKAITAN GLOBALISASI TERHADAP IDENTITAS NASIONAL
Era Globalisasi merupakan era yang penuh dengan kemajuan dan persaingan, sedangkan Identitas Nasional sebuah bangsa merupakan hal yang sangat diperlukan untuk memperkenalkan sebuah bangsa atau Negara dimata dunia. Dengan adanya Globalisasi, identitas sebuah bangsa dan Negara dapat mudah dikenalkan dimata internasional atau juga identitas tersebut mudah tenggelam karena terpengaruh oleh bangsa dan Negara lain. Perlu kita sadari, bangsa Indonesia yang kita cintai ini sedang mengalami krisis identitas nasional yang sangat membahayakan bagi nilai – nilai dasar Identitas bangsa Indonesia itu sendiri. Letak Negara Indonesia yang sangat setrategis merupakan hal yang sangat mempengaruhi terjaga atau tidak kelangsungan Identitas bangsa Indonesia. Globalisasi yang terus berkembang pesat membuat nilai– nilai budaya bangsa Indonesia mulai terkikis oleh budaya – budaya barat yang kurang sesuai dengan budaya asli bangsa Indonesia seperti halnya budaya berpakaian. Kebaya dan batik yang merupakan salah satu identitas bangsa
Indonesia yang berupa pakaian, kini mulai hilang dari kehidupan bangsa Indonesia karena tergantikan oleh pakaian yang bersifat kebarat - baratan. Tidak hanya itu saja, masyarakat Indonesia yang dulunya terkenal sebagai orang – orang yang ramah, kini mulai terpengaruh terhadap era globalisai yang memiliki sifat “persaingan” yang sangat tinggi yang menyebabkan kesenjangan sosial di masyarakt semakin meningkat.





BAB III
PENUTUP


A.    KESIMPULAN
Pencarian identitas nasional bangsa Indonesia pada dasarnya melekat erat dengan perjuangan bangsa Indonesia untuk membangun bangsa dan Negara dengan konsep nama Indonesia. Bangsa dan Negara Indonesia ini dibangun dari unsur-unsur masyarakat lama dan dibangun menjadi suatu kesatuan bangsa dan Negara dengan prinsip nasionalisme modern. Oleh karena itu, pembentukan identitas nasional Indonesiamelekat erat dengan unsur-unsur lainnya, seperti sosial, ekonomi, budaya, etnis, agama serta geografis, yang saling berkaitan dan terbentuk melalui suatu proses yang cukup panjang.

B.     SARAN
Demikianlah makalah ini kami susun, semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca. Dalam penulisan ini kami sadari masih banyak kekurangan, saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan untuk menyempurnakan makalah kami ini.




Read more...

Makalah Politik dan Strategi Nasional



BAB I
PENDAHULUAN



A.    LATAR BELAKANG MASALAH
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang berkedaulatan dan merdeka dimana bangsa yang merdeka tentunya akan mengatur urusan dalam negerinya sendiri tanpa ada campur tangan lagi dari negera luar dalam urusan pemerintahan . Sejak peristiwa proklamasi di tahun 1945, terjadi perubahan yang sangat mendasar dari negara Indonesia , terutama yang berkaitan dengan kedaulatan dan sistem pemerintahan dan politik . Pada awal masa kemerdekaan , kondisi politik Indonesia belum sepenuhnya baik . Kondisi indonesia masih belum tertata dengan baik dan belum stabil . Tetapi , setelah beberapa tahun berjalan kondisi internal Indonesia sudah mulai teratur dan membaik . Selangkah demi selangkah Indonesia mulai membenahi dan mengatur sistem pemerintahannya sendiri . Di zaman sekarang yaitu zaman yang serba modern dengan mulai lunturnya rasa nasionalisme  banyak pemuda Indonesia yang tidak mengerti akan makna politik bebas aktif yang digunakan oleh Indonesia, dan tidak sedikit di antara mereka yang salah mengartikan makna politik bebas aktif tersebut . Oleh karena itu , kiranya kita perlu untuk membahas tentang politik dan strategi bangsa Indonesia.

B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apakah pengertian politik , Negara , kekuasaan , pengambil keputusan , kebijakan umum , dan distribusi kekuasaan itu?
2.      Apakah pengertian strategi , dan strategi nasional?
3.      Apakah dasar pemikiran penyusunan politik strategi nasional (Polstranas)?

C.    TUJUAN PENULISAN
Tujuan dari dilakukannya penulisan makalah ini selain sebagai tugas softskill pendidikan kewarganegaraan Diploma Tiga (D3) , Fakultas Ilmu Komputer Universitas Gunadarma Kalimalang Bekasi , Jurusan Management Informatika .
1.      Untuk mengetahui pengertian politik , Negara , kekuasaan , pengambil keputusan , kebijakan umum , dan distribusi kekuasaan .
2.      Untuk mengetahui pengertian strategi , dan strategi nasional .
3.      Untuk mengetahui dasar pemikiran penyusunan politik strategi nasional (Polstranas) .



BAB II
PEMBAHASAN



A.    PENGERTIAN POLITIK DAN STRATEGI NASIONAL
Kata “Politik” secara ilmu etimologis berasal dari bahasa Yunani Politeia, yang asal katanya adalah polis berarti kesatuan masyarakat yang berdiri sendiri, dan teia berarti urusan . Dalam bahasa Indonesia , politik dalam arti politics mempunyai makna kepentingan umum warga negara suatu bangsa . Politik merupakan rangkaian asas, prinsip, keadaaan, jalan, cara dan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu yang kita kehendaki . Politics dan policy mempunyai hubungan yang erat dan timbal balik . Politics memberikan asas, jalan, arah, dan medannya , sedangkan policy memberikan pertimbangan cara pelaksanaan asas, jalan, dan arah tersebut sebaik-baiknya . Dapat disimpulkan bahwa politik adalah bermacam-macam kegiatan yang menyangkut proses penentuan tujuan-tujuan dari sistem negara dan upaya-upaya dalam mewujudkan tujuan itu , pengambilan keputusan (decisionmaking) mengenai seleksi antara beberapa alternatif dan penyusunan skala prioritas dari tujuan-tujuan yang telah ditentukan . Untuk melaksanakan tujuan itu diperlukan kebijakan-kebijakan umum (public policies) yang menyangkut pengaturan dan pembagian atau alokasi dari sumber-sumber yang ada .
Politik secara umum adalah mengenai proses penentuan tujuan negara dan cara melaksanakannya . Pelaksanaan tujuan itu memerlukan kebijakan-kebijakan umum (public policies) yang menyangkut pengaturan , pembagian , atau alokasi sumber-sumber yang ada. Dengan begitu , politik membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan negara, kekuasaan, pengambilan keputusan , kebijakan umum(policy), dan distribusi kekuasaan.

a.      Negara
Negara merupakan suatu organisasi dalam suatu wilayah yang memiliki kekuasaan tertinggi yang ditaati oleh rakyatnya.

b.      Kekuasaan
Kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau kelompok untuk mempengaruhi tingkah laku orang atau kelompok lain sesuai dengan keinginannya.

c.       Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan adalah aspek utama politik. Jadi, politik adalah pengambilan keputusan melalui sarana umum . Keputusan yang diambil menyangkut sector public dari suatu Negara .

d.      Kebijakan Umum
Kebijakan ( policy ) merupakan suatu kumpulan keputusan yang diambil oleh seseorang atau kelompok politik dalam memilih tujuan dan cara mencapai tujuan itu . Dasar pemikirannya adalah bahwa masyarakat memiliki beberapa tujuan bersama yang ingin dicapai secara bersama pula , sehingga perlu ada rencana yang mengikat yang dirumuskan dalan kebijakan – kebijakan oleh pihak yang berwenang .

e.       Distribusi
Yang dimaksud dengan distribusi ialah pembagian dan pengalokasian nilai – nilai ( values ) dalam masyarakat . Nilai adalah sesuatu yang diinginkan dan penting .

B.     DASAR PEMIKIRAN PENYUSUNAN POLITIK DAN STRATEGI NASIONAL
Penyusunan politik dan strategi nasional perlu memahami pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam sistem manajemen nasional yang berlandaskan ideologi Pancasila, UUD 1945, Wawasan Nusantara, dan Ketahanan Nasional . Politik dan strategi nasional yang telah berlangsung selama ini disusun berdasarkan sistem kenegaraaan menurut UUD 1945 . sejak tahun 1985 telah berkembang pendapat yang mengatakan bahwa jajaran pemerintah dan lembaga-lembaga yang tersebut dalam UUD 1945 merupakan “suprastruktur politik”. Lebaga-lembaga tersebut adalah MPR, DPR, Presiden, DPA, BPK, MA . Sedangkan badan-badan yang ada dalam masyarakat disebut sebagai “infrastruktur politik”, yang mencakup pranata politik yang ada dalam masyarakat, seperti partai politik, organisasi kemasyarakatan, media massa, kelompok kepentingan (interest group), dan kelompok penekan (pressure group) . Suprastruktur dan infrastruktur politik harus dapat bekerja sama dan memiliki kekuatan yang seimbang . Mekanisme penyusunan politik dan strategi nasional di tingkat suprastruktur politik diatur oleh presiden/mandataris MPR . Sedangkan proses penyusunan politik dan strategi nasional di tingkat suprastruktur politk dilakukan setelah presiden menerima GBHN .Strategi nasional dilaksanakan oleh para menteri dan pimpinan lembaga pemerintah non departemen berdasarkan petunjuk presiden, yang dilaksanakan oleh presiden sesungguhnya merupakan politik dan strategi nasional yang bersifat pelaksanaan . Salah satu wujud pengapilikasian politik dan strategi nasional dalam pemerintahan adalah sebagai berikut :

a.      Otonomi Daerah
Undang-undang No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang merupakan salah satu wujud politik dan strategi nasional secara teoritis telah memberikan dua bentuk otonomi kepada dua daerah, yaitu otonomi terbatas bagi daerah propinsi dan otonomi luas bagi daerah Kabupaten/Kota. Perbedaan Undang-undang yang lama dan yang baru ialah:
1.      Undang-undang yang lama, titik pandang kewenangannya dimulai dari pusat (central government looking).
2.      Undang-undang yang baru, titik pandang kewenangannya dimulai dari daerah (local government looking).

b.      Kewenangan Daerah
1.      Dengan berlakunya UU No. 22 tahun 1999tenang Otonomi Daerah, kewenagan daerah mencakup seluruh kewenangan bidang pemerintahan, kecuali kewenangan dalam bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter dan fiskal, agama, serta kewenangan bidang lain.
2.      Kewenagnan bidang lain, meliputi kebijakan tentang perencanaan nasional dan pengendalian pembangunan secara makro.
3.      Bentuk dan susunan pemerintahan daerah,
-          DPRD sebagai badan legislatif daerah dan pemerintah daerah sebagai eksekutif daerah dibentuk di daerah.
-          DPRD sebagai lembaga perwakilan rakyat di daerah merupakan wahanauntukmelaksanakan demokrasi
1)      Memilih Gubernur/Wakil Gubernur, Bupati/Wakil Bupati, dan Walikota/Wakil Walikota.
2)      Memilih anggota Majelis Permusawartan Prakyat dari urusan Daerah.
3)      Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian Gubernur/ Wakil Gubernur, Bupati/Wakil Bupati, dan Walikota/Wakil Walikota.
4.      Membentuk peraturan daerah bersama gubernur, Bupati atas Wali Kota.
5.      Menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) bersama gubernur, Bupati, Walikota.
6.      Mengawasi pelaksanaan keputusan Gubernur, Bupati, dan Walikota, pelaksanaan APBD, kebijakan daerah, pelaksanaan kerja sama internasional di daerah, dan menampung serta menindak-lanjuti aspirasi daerah dan masyarakat.

C.    TUJUAN POLITIK DAN STRATEGI NASIONAL INDONESIA, DALAM DAN LUAR NEGERI
Tujuan politik dan strategi nasional Indonesia untuk dalam negeri telah tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 Alinea keempat yang menyatakan ”… melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial …” Sehingga jelas sekali bisa kita simpulkan bersama-sama, bahwa tujuan utama politik dan strategi nasional Indonesia adalah untuk:
a.  Melindungi hak-hak seluruh warga negara Indonesia tanpa terkecuali dan menjaga pelaksanaan kewajiban-kewajiban, dengan melaksanakan pemerintahan untuk mengatur keamanan.
b. Mensejahterakan kehidupan seluruh bangsa Indonesia.
c.  Melaksanakan sistem pendidikan agar bisa memajukan bangsa dan negara.
d. Menjaga keamanan untuk menjaga perdamaian dan kehidupan sosial yang seimbang, baik dalam negeri maupun luar negeri.

Tujuan politik luar negeri setiap negara adalah mengabdi kepada tujuan nasional negara itu sendiri. Menurut Drs. Moh. Hatta, tujuan politik dan setrategi luar negeri Indonesia, antara lain sebagai berikut:
a.       Mempertahankan kemerdekaan bangsa dan menjaga keselamatan negara.
b. Memperoleh barang-barang yang diperlukan dari luar negeri untuk memperbesar kemakmuran rakyat.
c.  Meningkatkan perdamaian internasional.
d. Meningkatkan persaudaraan dengan semua bangsa.

Tujuan politik luar negeri tidak terlepas dari hubungan luar negeri. Hubungan luar negeri merupakan hubungan antarbangsa, baik regional maupun internasional, melalui kerja sama bilateral ataupun multirateral yang ditujukan untuk kepentingan nasional.
Politik setrategi luar negeri Indonesia oleh pemerintah dirumuskan dalam kebijakan luar negeri yang diarahkan untuk mencapai kepentingan dan tujuan nasional. Kebijakan luar negeri oleh pemerintah dilaksanakan dengan kegiatan diplomasi yang dilaksakan oleh para diplomat. Dalam menjalankan tugasnya para diplomat dikoordinasikan oleh Departemen Luar Negeri yang dipimpin oleh Menteri Luar Negeri. Untuk inilah ditugaskan diplomat, dalam rangka menjembatani kepentingan nasional negaranya dengan dunia internasional.

D.    IMPLEMENTASI POLITIK DAN STRATEGI NASIONAL
1.      Implementasi  politik  dan  strategi  nasional  di  bidang hukum:
a.       Mengembangkan  budaya  hukum  disemua  lapisan masyarakat untuk terciptanya kesadaran dan kepatuhan hukum dalam kerangka supremasi hukum dan tegaknya negara hukum.
b.      Menata sistem hukum nasional yang menyeluruh dan terpadu dengan mengakui dan menghormati hukum agama dan hukum adat serta memperbaharui perundang–undangan warisan kolonial dan hukum nasional yang diskriminatif, termasuk  ketidak adilan gender  dan  ketidak sesuaianya dengan reformasi melalui program legalisasi.
c.       Menegakkan  hukum  secara  konsisten  untuk  lebih menjamin  kepastian hukum, keadilan dan kebenaran, supremasi hukum, serta menghargai hak asasi manusia.
d.      Melanjutkan  ratifikasi  konvensi  internasional  terutama yang berkaitan dengan hak asasi manusia sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan bangsa dalam bentuk undang–undang.
e.       Meningkatkan  integritas  moral  dan  keprofesionalan aparat  penegak  hukum, termasuk Kepolisian Negara Republik Indonesia, untuk menumbuhkan kepercayaan masyarakat dengan meningkatkan kesejahteraan, dukungan sarana dan prasarana hukum, pendidikan, serta pengawasan yang efektif.

2.      Penyelenggara Negara
a.       Membersihkan  penyelenggara  negara  dari  praktek korupsi, kolusi,dan nepotisme dengan memberikan sanksi seberat–beratnya sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku, meningkatkan efektivitas pengawasan internal dan fungsional serta pengawasan masyarakat dengan mengembangkan etik dan moral.
b.      Meningkatkan kualitas aparatur negara dengan memperbaiki  kesejahteraan  dan keprofesionalan  serta memberlakukan sistem karier berdasarkan prestasi dengan prinsip memberikan penghargaan dan sanksi.
c.       Melakukan pemeriksaan terhadap kekayaan pejabat dan pejabat pemerintahan sebelum dan sesudah memangku jabatan dengan tetap menjunjung tinggi hak hukum dan hakasasi manusia.
d.      Meningkatkan fungsi dan keprofesionalan birokrasi dalam melayani  masyarakat dan akuntanbilitasnya dalam mengelola kekayaan negara secara transparan bersih, dan bebas dari penyalahgunaan kekuasaan.
e.       Meningkatkan kesejahteraan Pegawai Negeri Sipil dan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia  untuk menciptakan  aparatur  yang  bebas  dari korupsi, kolusi, nepotisme, bertanggung jawab profesional,produktif dan efisien.
f.       Memantapkan netralisasi politik pegawai negeri dengan menghargai hak–hak politiknya.

3.      Komunikasi, informasi, dan media massa
a.       Meningkatkan pemanfaatan peran komunikasi melalu imedia  massa  modern  dan media  tradisional  untuk mempercerdas kehidupan bangsa memperkukuh persatuandan kesatuan,  membentuk  kepribadian  bangsa,  serta mengupayakan keamanan  hak pengguna  sarana  dan prasarana informasi dan komunikasi.
b.      Meningkatkan kualitas komunikasi di berbagai bidang melalui penguasaan dan penerapan teknologi informasi dankomunikasi guna memperkuat daya saing bangsa dalam menghadapi tantangan global.
c.       Meningkatkan peran pers yang bebas sejalan dengan peningkatan kualitas dan kesejahteran  insan  pers  agar  profesional, berintegritas, dan menjunjung tinggi etika pers,supremasi hukum, serta hak asasi manusia.
d.      Membangun jaringan informasi dan komunikasi antar pusat dan daerah serta antar daerah secara timbal balik dalam  rangka  mendukung pembangunan nasional  serta memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa.
e.       Memperkuat  kelembagaan,  sumber  daya  manusia,sarana dan prasarana penerapan khususnya di luar negeri dalam rangka  memperjuangkan  kepentingan nasional diforum internasional.

4.      Agama
a.       Memantapkan  fungsi,  peran  dan  kedudukan agama sebagai  landasan  moral, spiritual,  dan  etika dalam penyelenggaraan negara serta mengupayakan agar segala peraturan perundang–undangan tidak bertentangan dengan moral agama.
b.      Meningkatkan  kualitas  pendidikan  agama  melalui penyempurnaan sistem pendidikan agama sehingga lebih terpadu dan integral sehingga sistem pendidikan nasional dengan didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai.
c.       Meningkatkan dan memantapkan kerukunan hidup antar umat beragama sehingga tercipta suasana yang harmonis dan  saling  menghormati  dalam semangat kemajemukan melalui  dialog  antar  umat  beragama  dan pelaksanaan pendidikan beragama secara deskriptif yang tidak dogmatis untuk tingkat Perguruan Tinggi.
d.      Meningkatkan  kemudahan  umat  beragama  dalam menjalankan ibadahnya, termasuk penyempurnaan kualitas pelaksanaan ibadah haji, dan pengelolaan zakat denganmemberikan  kesempatan  yang  luas  kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam penyelenggaraan.
e.       Meningkatkan  peran dan  fungsi  lembaga–lembaga keagamaan dalam ikut mengatasi dampak perubahan yang terjadi dalam semua aspek kehidupan untuk memperkokoh jati diri  dan  kepribadian  bangsa  serta memperkuat kerukunan hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

5.      Pendidikan
a.       Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia menuju terciptanya nilai–nilai universal termasuk kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam rangka mendukung terpeliharanya kerukunan hidup bermasyarakat dan membangun peradaban bangsa.
b.      Merumuskan nilai–nilai kebudayaan Indonesia, sehingga mampu memberikan rujukan sistem nilai terhadap totalitas perilaku kehidupan ekonomi, politik, hukum dan kegiatan kebudayaan dalam  rangka  pengembangan  kebudayaan nasional dan peningkatan kualitas berbudaya masyarakat.
c.       Mengembangkan sikap kritis terhadap nilai–nilai budaya dalam rangka memilah–milah nilai budaya yang kondusif dan serasi untuk menghadapi tantangan pembangunan bangsa dimasa depan.
d.      Mengembangkan  kebebasan  berkreasi  dalam berkesenian untuk  mencapai sasaran sebagai  pemberi inspirasi bagi kepekaan rasa terhadap totalitas kehidupan dengan tetap mengacu pada etika, moral, estetika dan agama, serta memberikan perlindungan dan penghargaan terhadap hak cipta dan royalti bagi pelaku seni dan budaya.
e.       Mengembangkan dunia perfilman Indonesia secara sehat sebagai media massa kreatif yang memuat keberagaman jenis kesenian untuk meningkatkan moralitas agama serta kecerdasan bangsa, pembentukan opini publik yang positif dan peningkatan nilai tambah secara ekonomi.



6.      Kedudukan dan Peranan Perempuan
a.       Meningkatkan kedudukan dan  peranan  perempuan dalam  kehidupan berbangsa dan bernegara  melalui kebijakan  nasional  yang  diemban oleh  lembaga  yang mampu memperjuangkan terwujudnya kesetaraan keadilan gender.
b.      Meningkatkan kualitas peran dan kemandirian organisasi perempuan dengan tetap mempertahankan nilai persatuan dan  kesatuan serta  nilai  historis perjuangan kaum perempuan, dalam rangka melanjutkan usaha pemberdayaan perempuan serta kesejahteraan  keluargadan masyarakat.

7.      Pemuda dan Olahraga
a.       Menumbuhkan budaya olahraga guna meningkatkan kualitas manusia Indonesia sehingga  memiliki  tingkat kesehatan dan kebugaran yang cukup, yang harus dimulai sejak usia dini melalui pendidikan olah raga di sekolah dan masyarakat.
b.      Meningkatkan  usaha  pembibitan  dan  pembinaan olahraga prestasi harus dilakukan secara sistematis dankomprehensif melalui lembaga–lembaga pendidikan sebagaipusat pembinaan  di  bawah  koordinasi  masing–masing organisasi olahraga termasuk organisasi penyandang cacat bersama-sama  dengan masyarakat  demi  tercapainya sasaran yang membanggakan di tingkat internasional.
c.       Mengembangkan iklim yang kondusif bagi generasi muda dalam mengaktualisasikan  segenap  potensi,  bakat,  dan minat  dengan  memberikan kesempatan  dan  kebebasan mengorganisasikan  dirinya  secara  bebas  dan   merdeka sebagai wahana pendewasaan untuk menjadi pemimpin bangsa  yang beriman  dan  bertakwa,  berakhlak  mulia, patriotis, demokratis, mandiri dan tanggap terhadap aspirasirakyat.
d.      Mengembangkan minat dan semangat kewirausahaan dikalangan generasi yang berdaya saing, unggul dan mandiri.
e.       Melindungi segenap generasi muda dari bahaya distruktif terutama bahaya penyalahgunaan  narkotika,  obat–obat terlarang dan zat adiktif lainnya (narkoba) melalui gerakan pemberantasan  dan  peningkatan  kesadaran  masyarakatakan bahaya penyalahgunaan narkoba.

8.      Pembangunan Daerah
a.       Mengembangkan  otonomi  daerah  secara  luas, nyata  dan bertanggung  jawab dalam rangka pemberdayaan masyarakat, lembaga ekonomi, lembaga politik, lembaga hukum, lembaga keagamaan, lembaga adat dan lembaga swadaya masyarakat, serta seluruh masayrakat dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
b.      Melakukan pengkajian tentang berlakunya otonom idaerah bagi daerah propinsi, daerah kabupaten, daerah kota dan desa
c.       Mempercepat  pembangunan  ekonomi  daerah yang efektif dan kuat dengan memberdayakan pelaku dan  potensi  ekonomi daerah  serta  memperhatikan penataan ruang, baik fisik maupun sosial sehingga terjadi pemerataan pertumbuhan  ekonomi sejalan dengan pelaksanaan ekonomi daerah.
d.      Mempercepat  pembangunan  pedesaan  dalam rangka pemberdayaan masyarakat terutama petani dan nelayan melalui penyediaan prasarana, pembangunan sistem agribisnis, indutri  kecil dan  kerajinan  rakyat, pengembangan kelembagaan penguasaan teknologi, dan pemanfaatan sumber daya alam.

Read more...

Kamis, 07 Februari 2013

Pentingnya Shalat Jum'at



"Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at, Maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli [1]. yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui."
[1] Maksudnya: apabila imam telah naik mimbar dan muazzin telah azan di hari Jum'at, Maka kaum muslimin wajib bersegera memenuhi panggilan muazzin itu dan meninggalakan semua pekerjaannya.
Read more...

Kamis, 13 Oktober 2011

Biografi BUYA HAMKA

Haji Abdul Malik
Karim Amrullah
atau lebih dikenal
dengan julukan
HAMKA adalah
seorang ulama,
sastrawan,
sejarawan, dan juga
politikus yang sangat
terkenal di Indonesia.
Ia juga seorang
pembelajar yang
otodidak dalam
bidang ilmu
pengetahuan seperti
filsafat, sastra,
sejarah, sosiologi dan
politik, baik Islam
maupun Barat.
Hamka pernah
ditunjuk sebagai
menteri agama dan
juga aktif dalam
perpolitikan
Indonesia. Hamka
lahir di desa kampung
Molek, Maninjau,
Sumatera Barat, 17
Februari 1908 dan
meninggal di Jakarta,
24 Juli 1981 pada
umur 73 tahun.
Hamka juga diberikan
sebutan Buya, yaitu
panggilan buat orang
Minangkabau yang
berasal dari kata abi,
abuya dalam bahasa
Arab, yang berarti
ayahku, atau
seseorang yang
dihormati. Ayahnya
adalah Syekh Abdul
Karim bin Amrullah,
yang dikenal sebagai
Haji Rasul, yang
merupakan pelopor
Gerakan Islah (tajdid)
di Minangkabau,
sekembalinya dari
Makkah pada tahun
1906. Beliau
dibesarkan dalam
tradisi Minangkabau.
Masa kecil HAMKA
dipenuhi gejolak batin
karena saat itu
terjadi pertentangan
yang keras antara
kaum adat dan kaum
muda tentang
pelaksanaan ajaran
Islam. Banyak hal-hal
yang tidak
dibenarkan dalam
Islam, tapi
dipraktikkan dalam
kehidupan
masyarakat sehari-
hari. Putra HAMKA
bernama H. Rusydi
HAMKA, kader PPP,
anggota DPRD DKI
Jakarta. Anak Angkat
Buya Hamka adalah
Yusuf Hamka,
Chinese yang masuk
Islam.
HAMKA di Sekolah
Dasar Maninjau hanya
sampai kelas dua.
Ketika usia 10 tahun,
ayahnya telah
mendirikan Sumatera
Thawalib di Padang
Panjang. Di situ
HAMKA mempelajari
agama dan
mendalami bahasa
Arab. HAMKA juga
pernah mengikuti
pengajaran agama di
surau dan masjid
yang diberikan ulama
terkenal seperti
Syeikh Ibrahim Musa,
Syeikh Ahmad
Rasyid, Sutan
Mansur, R.M.
Surjopranoto dan Ki
Bagus Hadikusumo.
Sejak muda, HAMKA
dikenal sebagai
seorang pengelana.
Bahkan ayahnya,
memberi gelar Si
Bujang Jauh. Pada
usia 16 tahun ia
merantau ke Jawa
untuk menimba ilmu
tentang gerakan
Islam modern kepada
HOS Tjokroaminoto,
Ki Bagus Hadikusumo,
RM Soerjopranoto,
dan KH Fakhrudin.
Saat itu, HAMKA
mengikuti berbagai
diskusi dan training
pergerakan Islam di
Abdi Dharmo
Pakualaman,
Yogyakarta.
HAMKA bekerja
sebagai guru agama
pada tahun 1927 di
Perkebunan Tebing
Tinggi, Medan. Pada
tahun 1929 di Padang
Panjang, HAMKA
kemudian dilantik
sebagai dosen di
Universitas Islam,
Jakarta dan
Universitas
Muhammadiyah,
Padang Panjang dari
tahun 1957- 1958.
Setelah itu, beliau
diangkat menjadi
rektor Perguruan
Tinggi Islam, Jakarta
dan Profesor
Universitas Mustopo,
Jakarta.
Sejak perjanjian
Roem-Royen 1949, ia
pindah ke Jakarta dan
memulai kariernya
sebagai pegawai di
Departemen Agama
pada masa KH Abdul
Wahid Hasyim. Waktu
itu HAMKA sering
memberikan kuliah di
berbagai perguruan
tinggi Islam di Tanah
Air.
Dari tahun 1951
hingga tahun 1960,
beliau menjabat
sebagai Pegawai
Tinggi Agama oleh
Menteri Agama
Indonesia. Pada 26
Juli 1977 Menteri
Agama Indonesia,
Prof. Dr. Mukti Ali,
melantik HAMKA
sebagai Ketua Umum
Majlis Ulama
Indonesia tetapi
beliau kemudian
meletakkan jabatan
itu pada tahun 1981
karena nasihatnya
tidak dipedulikan oleh
pemerintah
Indonesia.
HAMKA aktif dalam
gerakan Islam melalui
organisasi
Muhammadiyah.
Beliau mengikuti
pendirian
Muhammadiyah mulai
tahun 1925 untuk
melawan khurafat,
bid’ah, tarekat dan
kebatinan sesat di
Padan g Panjang.
Mulai tahun 1928
beliau mengetuai
cabang
Muhammadiyah di
Padang Panjang. Pada
tahun 1929 HAMKA
mendirikan pusat
latihan pendakwah
Muhammadiyah dan
dua tahun kemudian
beliau menjadi konsul
Muhammadiyah di
Makassar. Kemudian
beliau terpilih menjadi
ketua Majelis
Pimpinan
Muhammadiyah di
Sumatera Barat oleh
Konferensi
Muhammadiyah,
menggantikan S.Y.
Sutan Mangkuto pada
tahun 1946. Pada
tahun 1953, HAMKA
dipilih sebagai
penasihat pimpinan
Pusat
Muhammadiyah.
Kegiatan politik
HAMKA bermula pada
tahun 1925 ketika
beliau menjadi
anggota partai politik
Sarekat Islam. Pada
tahun 1945, beliau
membantu
menentang usaha
kembalinya penjajah
Belanda ke Indonesia
melalui pidato dan
menyertai kegiatan
gerilya di dalam hutan
di Medan. Pada tahun
1947, HAMKA
diangkat menjadi
ketua Barisan
Pertahanan Nasional,
Indonesia.
Pada tahun 1955
HAMKA beliau masuk
Konstituante melalui
partai Masyumi dan
menjadi pemidato
utama dalam Pilihan
Raya Umum. Pada
masa inilah pemikiran
HAMKA sering
bergesekan dengan
mainstream politik
ketika itu. Misalnya,
ketika partai-partai
beraliran nasionalis
dan komunis
menghendaki
Pancasila sebagai
dasar negara. Dalam
pidatonya di
Konstituante, HAMKA
menyarankan agar
dalam sila pertama
Pancasila dimasukkan
kalimat tentang
kewajiban
menjalankan syariat
Islam bagi
pemeluknyan sesuai
yang termaktub
dalam Piagam
Jakarta. Namun,
pemikiran HAMKA
ditentang keras oleh
sebagian besar
anggota
Konstituante,
termasuk Presiden
Sukarno. Perjalanan
politiknya bisa
dikatakan berakhir
ketika Konstituante
dibubarkan melalui
Dekrit Presiden
Soekarno pada 1959.
Masyumi kemudian
diharamkan oleh
pemerintah Indonesia
pada tahun 1960.
Meski begitu, HAMKA
tidak pernah
menaruh dendam
terhadap Sukarno.
Ketika Sukarno
wafat, justru HAMKA
yang menjadi imam
salatnya. Banyak
suara-suara dari
rekan sejawat yang
mempertanyakan
sikap HAMKA. "Ada
yang mengatakan
Sukarno itu komunis,
sehingga tak perlu
disalatkan, namun
HAMKA tidak peduli.
Bagi HAMKA, apa
yang dilakukannya
atas dasar hubungan
persahabatan.
Apalagi, di mata
HAMKA, Sukarno
adalah seorang
muslim.
Dari tahun 1964
hingga tahun 1966,
HAMKA dipenjarakan
oleh Presiden
Soekarno karena
dituduh pro-Malaysia.
Semasa
dipenjarakan, beliau
mulai menulis Tafsir
al-Azhar yang
merupakan karya
ilmiah terbesarnya.
Setelah keluar dari
penjara, HAMKA
diangkat sebagai
anggota Badan
Musyawarah
Kebajikan Nasional,
Indonesia, anggota
Majelis Perjalanan Haji
Indonesia dan
anggota Lembaga
Kebudayaan Nasional
Indonesia.
Pada tahun 1978,
HAMKA lagi-lagi
berbeda pandangan
dengan pemerintah.
Pemicunya adalah
keputusan Menteri
Pendidikan dan
Kebudayaan Daoed
Joesoef untuk
mencabut ketentuan
libur selama puasa
Ramadan, yang
sebelumnya sudah
menjadi kebiasaan.
Idealisme HAMKA
kembali diuji ketika
tahun 1980 Menteri
Agama Alamsyah
Ratuprawiranegara
meminta MUI
mencabut fatwa
yang melarang
perayaan Natal
bersama. Sebagai
Ketua MUI, HAMKA
langsung menolak
keinginan itu. Sikap
keras HAMKA
kemudian ditanggapi
Alamsyah dengan
rencana pengunduran
diri dari jabatannya.
Mendengar niat itu,
HAMKA lantas
meminta Alamsyah
untuk
mengurungkannya.
Pada saat itu pula
HAMKA memutuskan
mundur sebagai
Ketua MUI.
Selain aktif dalam
soal keagamaan dan
politik, HAMKA
merupakan seorang
wartawan, penulis,
editor dan penerbit.
Sejak tahun 1920-an,
HAMKA menjadi
wartawan beberapa
buah akhbar seperti
Pelita Andalas,
Seruan Islam, Bintang
Islam dan Seruan
Muhammadiyah. Pada
tahun 1928, beliau
menjadi editor
majalah Kemajuan
Masyarakat. Pada
tahun 1932, beliau
menjadi editor dan
menerbitkan majalah
al-Mahdi di Makasar.
HAMKA juga pernah
menjadi editor
majalah Pedoman
Masyarakat, Panji
Masyarakat dan
Gema Islam.
HAMKA juga
menghasilkan karya
ilmiah Islam dan
karya kreatif seperti
novel dan cerpen.
Karya ilmiah
terbesarnya ialah
Tafsir al-Azhar (5
jilid). Pada 1950, ia
mendapat
kesempatan untuk
melawat ke berbagai
negara daratan Arab.
Sepulang dari
lawatan itu, HAMKA
menulis beberapa
roman. Antara lain
Mandi Cahaya di
Tanah Suci, Di
Lembah Sungai Nil,
dan Di Tepi Sungai
Dajlah. Sebelum
menyelesaikan
roman-roman di atas,
ia telah membuat
roman yang lainnya.
Seperti Di Bawah
Lindungan Ka’bah,
Tenggelamnya Kapal
Van Der Wijck,
Merantau ke Deli, dan
Di Dalam Lembah
Kehidupan
merupakan roman
yang mendapat
perhatian umum dan
menjadi buku teks
sastera di Malaysia
dan Singapura.
Setelah itu HAMKA
menulis lagi di
majalah baru Panji
Masyarakat yang
sempat terkenal
karena menerbitkan
tulisan Bung Hatta
berjudul Demokrasi
Kita.
Setelah peristiwa
1965 dan berdirinya
pemerintahan Orde
Baru, HAMKA secara
total berperan
sebagai ulama. Ia
meninggalkan dunia
politik dan sastra.
Tulisan-tulisannya di
Panji Masyarakat
sudah
merefleksikannya
sebagai seorang
ulama, dan ini bisa
dibaca pada rubrik
Dari Hati Ke Hati yang
sangat bagus
penuturannya.
Keulamaan HAMKA
lebih menonjol lagi
ketika dia menjadi
ketua MUI pertama
tahun 1975.
HAMKA dikenal
sebagai seorang
moderat. Tidak
pernah beliau
mengeluarkan kata-
kata keras, apalagi
kasar dalam
komunikasinya. Beliau
lebih suka memilih
menulis roman atau
cerpen dalam
menyampaikan
pesan-pesan moral
Islam.
Ada satu yang
sangat menarik dari
Buya HAMKA, yaitu
keteguhannya
memegang prinsip
yang diyakini. Inilah
yang membuat
semua orang
menyeganinya. Sikap
independennya itu
sungguh bukan hal
yang baru bagi
HAMKA. Pada zamam
pemerintah
Soekarno, HAMKA
berani mengeluarkan
fatwa haram
menikah lagi bagi
Presiden Soekarno.
Otomatis fatwa itu
membuat sang
Presiden berang
’kebakaran jenggot’.
Tidak hanya berhenti
di situ saja, HAMKA
juga terus-terusan
mengkritik
kedekatan
pemerintah dengan
PKI waktu itu. Maka,
wajar saja kalau
akhirnya dia
dijebloskan ke
penjara oleh
Soekarno. Bahkan
majalah yang
dibentuknya ''Panji
Masyarat'' pernah
dibredel Soekarno
karena menerbitkan
tulisan Bung Hatta
yang berjudul
''Demokrasi Kita''
yang terkenal itu.
Tulisan itu berisi
kritikan tajam
terhadap konsep
Demokrasi Terpimpin
yang dijalankan Bung
Karno. Ketika tidak
lagi disibukkan
dengan urusan-
urusan politik, hari-
hari HAMKA lebih
banyak diisi dengan
kuliah subuh di Masjid
Al-Azhar, Jakarta
Selatan.
Pada tanggal 24 Juli
1981 HAMKA telah
pulang ke
rahmatullah. Jasa dan
pengaruhnya masih
terasa sehingga kini
dalam
memartabatkan
agama Islam. Beliau
bukan sahaja
diterima sebagai
seorang tokoh ulama
dan sastrawan di
negara kelahirannya,
bahkan jasanya di
seantero Nusantara,
ter masuk Malaysia
dan Singapura, turut
dihargai.
Atas jasa dan karya-
karyanya, HAMKA
telah menerima
anugerah
penghargaan, yaitu
Doctor Honoris Causa
dari Universitas al-
Azhar Cairo (tahun
1958), Doctor Honoris
Causa dari
Universitas
Kebangsaan Malaysia
(tahun 1958), dan
Gelar Datuk Indono
dan Pengeran
Wiroguno dari
pemerintah Indonesia
Pandangan
sastrawan, HAMKA
yang juga dikenal
sebagai Tuanku
Syekh Mudo Abuya
Prof. Dr. Haji Abdul
Malik Karim Amrullah
Datuk Indomo
tentang kepenulisan.
Buya HAMKA
menyatakan ada
empat syarat untuk
menjadi pengarang.
Pertama, memiliki
daya khayal atau
imajinasi; kedua,
memiliki kekuatan
ingatan; ketiga,
memiliki kekuatan
hapalan; dan
keempat, memiliki
kesanggupan
mencurahkan tiga hal
tersebut menjadi
sebuah tulisan.
Kitab Tafsir Al-Azhar
merupakan karya
gemilang Buya
HAMKA. Tafsir Al-
Quran 30 juz itu salah
satu dari 118 lebih
karya yang dihasilkan
Buya HAMKA semasa
hidupnya. Tafsir
tersebut dimulainya
tahun 1960.
HAMKA meninggalkan
karya tulis segudang.
Tulisan-tulisannya
meliputi banyak
bidang kajian: politik
(Pidato Pembelaan
Peristiwa Tiga Maret,
Urat Tunggang
Pancasila), sejarah
(Sejarah Ummat
Islam, Sejarah Islam
di Sumatera), budaya
(Adat Minangkabau
Menghadapi Revolusi),
akhlak (Kesepaduan
Iman & Amal Salih ),
dan ilmu-ilmu
keislaman
(Tashawwuf
Modern).
Read more...

Kamis, 07 Juli 2011

Berpikir tentang cinta

Km Pernah brpikir ngak???
Kadang org yg kt cintai ngak bisa kt miliki...
Tapi org yg km miliki ngak sama skali km cintai...
ini hanya akan menjadi sebuah teka-teki yg ngak akan pernah buat km bahagia...
Jadi...
klu km udah dapetin org yg km cintai
jgn pernah di sia2kan...
Cintai & sayangi dia dgn kesungguhan & ketulusan Hatimu...

Cinta bukan mimpi tapi harapan...
bukan apa yg didapat tapi apa yg dirasakan...
Cinta bukan puisi tapi kata Hati...

Akupun punya jawaban:
Jika cinta adalah Harapan maka Hati adalah jawaban...
Bangun Kejujuran & Ketulusan Hati dgn Kepercayaan itulah CINTA SEJATI...
Maka Allah menciptakan kt dengan:
2 mata
2 telinga
2 tangan
2 kaki
2 paru-paru
Bahkan dEngan
2 ginjal
Tapi kenapa Allah memberikan kt hanya dengan 1 Hati???
Tau ngak kenapa???
Karna:
Hati yg 1 nya lagi berada pda org yang kita sayangi ...
Read more...

Jangan kau lupakan aku

Jka SwktU Saat Te2SaN HjaN MmBsahi JndeLa mU"..itu Tnda@ Air Mata kU mNetes MrInduImU..n Jka Swktu Saat Ada Darah yg mNtES Dri Jri mU"..itu Tnda@ S'suatu yg BrUk TrJdi PdkU..Jka qM Dpt MLhat akU DdLam TdUr mU"..akU iNgIn mNgUcpKaN SLmt mlM pd mU..Jka kU tak SdAr Dri Tdur kU,, TrdeNgAr SayUp2 AL-Qur'an Di Subuh Hari"tU TndA"a akU TLah Prgi tuk SLma'a..Jka qM mNangIs Swktu MLihat akU Di SLimUti Dgn KaiN Putih,, Maafkn akU krNa Tak sMpAt BrtemU Dgn mU.
Read more...